MUARA ENIM, ENIMTV – Diduga tercemar limbah, warga Desa Gunung Megang Dalam, Kecamatan Gunung Megang, mengeluhkan penurunan hasil panen kebun kelapa sawit dan karet yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
M. Iskandar, pemilik kebun seluas sekitar 15 hektar yang terletak di Ataran Sungai Hande Dusun Tujuh, Desa Gunung Megang Dalam, Kecamatan Gunung Megang menduga penurunan hasil tersebut disebabkan oleh pencemaran limbah dari aktivitas pertambangan PT Royaltama Mulia Kencana (RMK) yang beroperasi berdampingan dengan kebunnya, sehingga 3 hektar kebun miliknya mengalami penurunan produktivitas.
Dari 15 hektar kebun miliknya tersebut, 3 hektar diduga tercemar limbah PT RMK, yang terdiri dari 2 hektar kebun Kelapa Sawit dan 1 hektar Kebun Karet, beberapa area digenangi limbah dan lumpur sehingga menghambat aktivitas perkebunan, karena genangan air bisa mencapai dada orang dewasa.
Menurut Iskandar, limbah sudah mencemari kebun kelapa sawit dan karet miliknya sejak 2019, lalu.
“Kalau hujan, limbah dari perusahaan itu tumpah dan mengalir ke kebun saya, karena letak kebun yang berdampingan dengan KPL dan Conveyor,” ujar Iskandar, Rabu (8/10/2025).
Kebun kelapa sawit miliknya saat ini telah berusia sekitar 17 tahun dan kebun karet dengan umur 15 tahun, namun sayang sejak 2019 lalu, hasil panen menurun drastis.
Iskandar menceritakan, dahulu hasil panen kelapa sawit miliknya bisa mencapai 4 ton setiap dua minggu, tetapi kini hanya sekitar 2 ton dalam kurun waktu yang sama. Kondisi ini sangat jauh dari masa kejayaan kebunnya, mirisnya Iskandar dan keluarganya pernah panen dan hanya menghasilkan 8 kwintal hanya dari 500 batang kelapa sawit.
Penurunan serupa terjadi pada kebun karet seluas 1 hektar yang biasanya menghasilkan 80 hingga 100 kilogram karet per minggu dengan empat kali nyadap, kini hanya tersisa 30 hingga 40 kilogram.
Iskandar mengungkapkan bahwa kebun tersebut telah dikelola secara turun-temurun sejak tahun 2006, bahkan sejak ayahnya masih muda. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, keberlangsungan usahanya mulai terancam akibat dugaan pencemaran limbah yang tidak ditanggapi serius oleh pihak PT RMK.
“Saya sudah pernah mengeluhkan masalah ini ke Humas PT RMK pada tahun 2023, tapi tidak ada tanggapan sama sekali,” ujarnya dengan nada kecewa.
Penurunan hasil panen ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan Iskandar dan keluarganya, tetapi juga berpotensi merusak ekosistem lokal yang menjadi sumber mata pencaharian bagi banyak warga di Desa Gunung Megang Dalam.
Oleh karena itu, dirinya berharap pemerintah daerah dan instansi terkait segera melakukan investigasi menyeluruh guna memastikan adanya pencemaran serta mengambil langkah-langkah penyelesaian yang tepat.
Terpisah, Public relation PT RMK, Caecilia Brahmana mengatakan, bahwa saat ini Perusahaan akan mengedepankan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (PPM).
Terkait dengan permasalahan lainnya apabila memang terbukti ada dampak yg diakibatkan oleh operasional perusahaan, perusahaan akan membuka ruang untuk menyelesaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Terkait dengan perizinan, perusahaan sudah melengkapi dan selalu berkordinasi dengan pemerintah setempat terkait dengan perizinan-perizinan yang diperlukan. (Aal)








