MUARA ENIM, ENIMTV – Aksara Ulu asli dari Desa Ujan Mas Lama, Kecamatan Ujan Mas, Kabupaten Muara Enim tampil di Pameran Naskah Kuno Sumatera Selatan (Sumsel) yang berlangsung dari tanggal 5-7 November 2022.
Pameran Naskah Kuno tersebut merupakan bagian dari Festival Literasi Sumsel 2022 yang digelar di Dinning Hall Jakabaring Sport City Palembang.
Pameran Naskah Kuno Sumsel yang diikuti oleh 17 Kabupaten/Kota se-Sumatera Selatan ini dapat terselenggara berkat kolaborasi Perpustakaan Provinsi Sumatera Selatan dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan, Hj Umi Kalsum (Pemilik Naskah Islam), serta Sultan Mahmud Badaruddin IV R.M. Fauwas Prabu Diraja (Pemilik Naskah Islam).
Menurut ahli Paleografi, Aksara Ulu merupakan turunan dari Aksara Palawa. Aksara Ulu menggunakan struktur dan sistem aksara-aksara dari India seperti Aksara Pallawa dan Devanagari.
Aksara ini terdiri dari silaba-silaba dengan susunan tiga buah silaba pertama berbunyi “Ka”, “Ga”, dan “Nga”. Oleh sebab itu, aksara ini sering juga disebut sebagai Aksara Kaganga.
Hal tersebut menunjukkan adanya local genius di kalangan masyarakat Sumatera Selatan pada saat itu yang berhasil meramu dan menciptakan sebuah aksara.
Naskah Ulu umumnya ditulis menggunakan bahasa Melayu dengan dialek setempat, seperti Besemah, Komering, Ogan, Semende, Beliti dan Sekayu.
Sunar (55), keturunan ke lima dari Puyang Bung Bunguk Desa Ujan Mas Lama, menjelaskan bahwa Aksara Ulu dari Desa Ujan Mas Lama yang disebut Bebue (peta/informasi) tersebut diperkirakan sudah berumur ratusan tahun.
“Bebue asli Desa Ujan Mas Lama tersebut diperkirakan sudah berumur kurang lebih 300 tahun, dengan membawa pesan atau tulisan di antaranya membahas tentang pemukiman, batas-batas wilayah dan pembagian wilayah (tanah ulayat) yang diperuntukan kepada keturunan-keturunan sampai anak cucu Puyang Bung Bunguk,” jelasnya.
Sunar berharap dengan tampilnya Aksara Ulu Desa Ujan Mas Lama dalam Pameran Naskah Kuno Sumatera Selatan ini, dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan dunia literasi ke depan, terutama untuk masyarakat Bumi Serasan Sekundang.
Di samping itu, dirinya sangat mengharapkan kepada generasi muda sekarang agar dapat turut menjaga, melestarikan naskah kuno atau peninggalan dari nenek moyang.
“Karena tidak akan ada masa sekarang jika masa terdahulu terabaikan,” pungkasnya. (Aal/Diskominfo-ME)