Mengenang Perjalanan Kota Gas Prabumulih

Berita, Daerah395 views

MUARA ENIM, ENIMTV – IMPIANKU sejak SMP (1964) yang berkeinginan agar gas alam yang dibakar percuma di bak sampah perumahan karyawan PT Shell Prabumulih kala itu dimanfaatkan untuk masyarakat Prabumulih ternyata kini adalah keniscayaan yang nyata.

Kota Prabumulih kini menjadi kota dengan sambungan jaringan gas (jargas) rumah tangga terbanyak di nusantara. Dan hal ini terwujud bukanlah sekali jadi bak permainan sulap bimsalabim, namun punya proses yang panjang dan berliku.

Berawal dari gagasan seorang pensiunan Pertamina (2007) yang banyak berinteraksi dengan jajaran pemerintahan Kota Prabumulih yang kala itu dijabat oleh Drs. Rachman Djalili, yang menunjuknya sebagai Direktur Utama Perusda Petro Prabu.

Sebuah jabatan keren bagi seorang mantan pekerja migas untuk berbuat sesuatu bagi kota yang penuh kenangan semasanya SMA. Bak kepompong yang menjadikannya kupu-kupu kecil yang baru mengenali bunga-bunga indah semerbak yang mekar di taman.

Memacu obsesinya melaksanakan amanah Wali Kota untuk berbuat yang terbaik di bidang migas, disamping menggarap sumur-sumur tua ex BPM, ia juga ingin mewujudkan penggunaan gas untuk masyarakat Kota Prabumulih sehingga tidak ada lagi gas alam yang dibakar percuma di bak-bak sampah.

SERIBU SAMBUNGAN DARI APBD

Baca juga:  Bupati Lahat Lantik Deswan Irsyad sebagai Pjs Sekda Lahat

Bukanlah mantan Pertamina jika takut terbakar oleh nyala gas, sang Dirut Petro Prabu, Goeril ternyata berani pasang badan menghadapi garangnya para anggota dewan agar setuju dan ketok palu RAPBD untuk 1000 sambungan.

Dan ternyata Tuhan maha tahu, niat baik pasti dimudahkan jalannya walau terasa gerimis melanda hati. Untuk APBD 2008 – 2009 dapat dilaksanakan pemasangan jaringan induk, jaringan sekunder dan tersier penyaluran untuk 1000 rumah tangga kompleks Kepodang Indah kelurahan Patih Galung.

Sementara perjuangan untuk mendapat pasokan gas 1 MMscf dari Pertamina masih dalam proses MoU yang memerlukan sang Dirut sering ke Jakarta. Dan seiring dengan kegiatan fisik jaringan, sosialisasi kepada pelanggan gas, urusan niaga gas di BPH Migas dan MoU jual-beli gas dengan Pertamina menjadi rampung dalam satu paket. Sehingga dengan rampungnya paket 1000 rumah membuat Dirjen Migas kala itu dijabat Ibu Evita Legowo memberikan apresiasi dengan menyetujui tambahan 5000 sambungan saluran lagi untuk tahun 2010 (terealisisasi 4.650 di 2012).

Ternyata benar juga kata orang tua-tua dulu, kalau memancing dengan umpan ikan kecil tentulah nanti akan mendapat ikan besar. Dan tak terlepas pula, terwujudnya proyek gas kota di Prabumulih ini berkat dukungan semua pihak yang sejalan pula dengan roadmap Dirjen Migas, yakni menargetkan pemanfaatan gas alam secara maksimal (no flare policy) artinya tidak ada lagi gas yang dibakar percuma.

Baca juga:  Saatnya Lahat Perlu Jaringan Gas Kota

Oleh karena itu, tekad pemerintahan Jokowi sudah jelas nyata untuk menjadikan gas alam sebagai energi yang bersih, efisien, dapat mengurangi/melenyapkan subsidi minyak tanah dan LPG serta mengurangi impor. Berarti dengan telah adanya jaringan gas di semua kota-kota besar maka kelak pemanfaatan coalbet methan pun (gas methan batubara) akan menjadi suatu keniscayaan pula.

 

 

 

 

 

 

PESAN MENTERI ESDM

“Hampir seluruh warga kota Prabumulih (86%) telah menikmati gas kota yg relatif lebih murah (efisien) bagi kebutuhan sehari-hari untuk rumah tangga maupun industri rumahan (UMKM). Maka, Prabumulih dapat dikatakan sebagai Kota Gas (City Gas) terbesar di Indonesia. Dan dalam tahun 2020 semua jargas akan kita selesaikan,” demikian kata Menteri ESDM Jonan saat meresmikan Jargas, bertempat di SDN 61 Talang Batu, Prabumulih, beberapa bulan sebelum berakhir masa tugasnya.

 

 

 

 

 

 

Menteri ESDM yang menyampaikan pesan saat meresmikan tambahan Jargas sebanyak 6.018 Sambungan Rumah (SR) juga mengungkapkan sejarah pengembangan jargas di Kota Prabumulih dengan dana APBN, dimulai tahun 2012 (4.650 SR), tahun 2016 (32.000 SR) dan terakhir di tahun 2018 (6.018 SR). Sehingga kini total jaringan gas rumah tangga di Kota Prabumulih sebesar 42.668 SR.

Baca juga:  BNPB Evakuasi Warga Sakit Terisolir Pascagempa M 6,2 Sulbar dengan Helikopter

Dan menurut studi kelayakan yang disampaikan oleh Dirut Petro Prabu Goeril tahun 2008, dengan harga jual gas Rp2.500 saja (untuk 35.000 SR) Perusda dapat memperoleh profit Rp18 Juta per hari. Dengan demikian maka Perusda sebagai entitas bisnis cukup handal untuk menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Prabumulih, namun harus dibarengi pula dengan kemampuan manajerialnya yang didukung oleh semua pihak.

Selain dari APBN, PT Pertamina (Persero) pada tahun 2016 juga telah membangun 2.000 SR di Kota Prabumulih dengan dana investasinya.

”Sumber gas diperoleh dari sumur PT Pertamina EP Asset II sebesar 1,1 MMscf. Dan investasi pembangunan jargas di Prabumulih telah mencapai Rp190,3 M,” jelas Jonan.

Dan untuk itulah peran Perusda Petro Prabu harus bersinergi dengan baik dengan semua pihak, karena cikal bakalnya Kota Gas ini telah menempuh perjalanan panjang. Terlalu sulit dilupakan, dan terlalu indah untuk dikenang. (*)

Penulis: M. Goerillah Tan (Pemerhati Lingkungan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *